LATIHAN GABUNGAN ISHARI NU LIMA RANTING, NGURI-NGURI TRADISI PARA WALI

ISHARI NU. Bertempat di masjid Baiturrohim Desa Sidokepung, berlangsung latihan gabungan dari lima ranting ISHARI NU yaitu Sidokepung, Sidokerto, Siwalanpanji, Wadungasih, dan Banjarkemantren pada Rabu (31/5). Latihan gabungan ini bertujuan mempertajam pemahaman dan kemampuan warga ISHARI NU di lima ranting itu dalam hal penguasaan lagu-lagu, pukulan terbang, gerakan rodat, dan drek dalam kaidah pagelaran pembacaan sholawat ISHARI NU. Tujuan ini menguatkan i’tikad pengurus ISHARI NU Anak Cabang Buduran yang sebelumnya telah memfasilitasi dengan mengadakan Gladen Kubro se-Buduran tiap dua bulan sekali secara bergantian di tiap ranting.

Latihan gabungan di Sidokepung itu sendiri dihadiri oleh puluhan warga ISHARI NU yang dari sisi usia terklasifikasi dari mulai anak-anak, remaja, dewasa, bahkan yang usianya terbilang sepuh. Ba’da isya sekitar jam 19.00 waktu setempat, para ishariyyin tiba di lokasi dan diterima oleh Cak Yasek, Cak Solihin, beserta penggerak ISHARI NU Sidokepung. Terlihat beberapa sahabat Banser berjaga di depan gapura masjid yang berada tepat di pertigaan jalan Sidokepung. Sahabat-sahabat Banser ini selalu setia menjaga dan mengamankan berbagai kegiatan warga nahdliyyin dalam berbagai momentum, termasuk perhelatan ISHARI NU yang memang melibatkan banyak orang dan perlengkapan.

Latihan ISHARI NU

Latihan gabungan malam ini lebih istimewa karena kedatangan beberapa tamu penggerak ISHARI NU dari Babadan Jati yang memang sudah kaprah merupakan komunitas dengan kemampuan ISHARI NU yang istimewa dan memang kerap memberikan pelatihan pada komunitas lain di wilayah Sidoarjo. Latihan gabungan itu sendiri diisi dengan beberapa sesi, yaitu pembacaan muhud Ibtida’ yang dipimping oleh Abah Ali dengan pemukul kanan dari ranting Siwalanpanji dan pemukul kiri dari Banjarkemantren. Disusul dengan muhud Bi Syahri yang dipimpin Ustadz Suyanto dari Lebo dengan pemukul kanan dari Siwalanpanji dan pemukul kiri dari Babadan Jati. Lalu istirahat sebentar yang diisi dengan beberapa koreksi oleh Ustadz Suyanto atas lagu dan berakat drek dan rodat. Kemudian dilakukan pembacaan muhud Sholla ‘Alaika, diteruskan Mahallul Qiyam, dan ditutup dengan pembacaan doa.

Di sela-sela istirahat baik di pertengahan latihan maupun di akhir latihan, terlihat beberapa ishariyyin saling bercengkerama dan berbagai pengetahuan tentang amaliyah ISHARI NU. Tentu terlihat juga di antara mereka berbagi makanan, minuman, rokok, dan juga gurauan demi menambah keakraban. Di akhir latihan setelah doa, Ustadz Suyanto memberikan pelajaran atau ilmu pada beberapa orang di serambi masjid, khususnya bagaimana cara seorang hadi (pimpinan bacaan dalam ritual hadrah) menepatkan atau mensingkronkan qosidah yang dibawakannya dengan rodat dan drek dari jamaahnya. Tak lupa beliau juga memberi tips agar ketika menjadi hadi bisa maksimal dan mendekati kesesuaian dengan kaidah amaliyah ISHARI NU. Pelajaran itu diberikannya pada pimpinan muhud mahallul qiyam, yaitu ketua ISHARI NU Banjarkemantren.

Jika Sampeyan menjadi hadi, jangan panik dan terburu-buru mengkombinasikan bacaan qosidah dan kontengan. Juga perlu diperhatikan gaya cengkok ISHARI NU yang khas. Agar antara qosidah yang Sampeyan dendangkan dengan kontengan dan drek itu selaras,” ujarnya dengan beberapa kali mencontohkannya. Kesempatan belajar dari sesama saudara ishariyyin inilah yang sangat penting dilakukan secara istiqomah, sehingga terjadi penguatan kapasitas para warga ishariyyin dari waktu ke waktu. Bahkan, demi memunculkan kader-kader di lingkungan ISHARI NU, pada sesi latihan ini petugas “Asrodat dan drek dipasrahkan pada anak-anak yang pada perhelatan lebih besar mereka biasanya menjadi jamaah biasa. Tak lain tak bukan tujuannya agar mental mereka terlatih sedari dini mempraktekkan pengetahuan dan skill-nya di depan orang banyak, sehingga makin terasah dan tajam.(c)