BANJARKEMANTREN. Semenjak sore gerimis datang-pergi di wilayah Buduran. Awan juga sesekali memayungi bumi menyisipi teriknya panas matahari yang beberapa hari mengiringi para shoimin-shoimat menunaikan kewajibannya di bulan Ramadlan. Beberapa saat setelah usainya pelaksanaan jamaah shalat Isya, tarawih dan witir, pada Kamis malam Jumat (04/04/24) terlihat beberapa orang menuju musholla al-Badar yang terletak di dusun Jambe desa Banjarkemantren. Ada yang berjalan kaki, bersepeda motor, dan ada yang bersepeda pancal. Sedianya mereka akan mengikuti khataman al-Quran dan sholawat mahallul qiyam bil-ISHARI NU di musholla itu pada malam jumat terakhir Ramadlan 1445 H ini.
Terdengar bacaan ayat-ayat al-Quran juz 30 dari para remaja dari musholla tersebut. Bacaan al-Quran yang sama juga terdengar dari musholla dan masjid sekitarnya, walau dari ayat, surat, dan juz yang berbeda. Beberapa orang terlihat berdiri di selatan musholla tepat bersebelahan dengan jalan raya untuk mengarahkan jamaah yang datang sekaligus mengatur lalu-lintas. Di serambi musholla tampak beberapa jamaah sedang duduk bersantai sambil bercengkrama. Terkadang tampak keseriusan dari rona wajah-wajah mereka, dan sesekali tampak rona tawa sebagai tanda bahwa mereka sedang melakukan percandaan.
Menjelang jam 21.00 WIB bacaan al-Quran sudah sampai pada surat al-Fiil, sedangkan jamaah yang datang semakin banyak. Karpet hijau yang sebelumnya telah digelar di halaman musholla telah dilipat kembali karena tempo gerimis juga semakin sering datang dan pergi. Alas kaki juga terlihat dirapikan oleh pemiliknya, dibantu oleh jamaah musholla al-Badar. Tiap ada jamaah yang tiba, langsung diberi sebotol air mineral sebagai tanda betapa tuan rumah malam itu berusaha memulyakan tamu-tamunya. Setelah bacaan al-Quran sampat pada batas yang ditentukan, ustadz Nur Syamsi memimpin doa khotmil Quran yang diamini oleh jamaah.
Berikutnya, ustadz Antjhe al-Hafidz memimpin bacaan sholawat. Di permulaan bacaan, beliau membacakan 3 ayat permulaan dari surat al-Fath, ayat 128-129 dari surat al-Taubah, dan dipungkasi dengan ayat 56 dari surat al-Ahzab. Lalu beliau membacakan fasal Fahtazzal ‘Arsyu dari kitab maulid Diba’ yang digubah oleh al-Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad al-Diba’i, seorang ulama bermadzhab Syafi’i yang lahir pada 4 Muharram tahun 866 H dan wafat di kota Zabid pada hari Jumat tanggal 12 Rajab 944 H. Pengarang kitab Diba’ ini juga bergelar al-Hafidz dalam bidang ilmu hadits yang hafal lebih dari 100.000 hadits lengkap dengan sanadnya.
Usai bacaan tersebut, jamaah membacakan shalawat sambil berdiri yang biasa disebut dengan Mahallul Qiyam bil-ISHARI NU. Di sisi kanan satu grup pemukul terbang yang dikomandani oleh Abah H. Sanusi disertai Abah Sulthon dan Mbah Yasin. Sedang di sisi kiri satu grup pemukul terbang dikomandani ustadz Machfudzil Aziz disertai ustadz Antjhe al-Hafidz dan Cak Mus. Para jamaah berdiri dan antusias menjawab bacaan pimpinan. Irama lagu diiringi oleh pukulan yang sesuai pakemnya dari yahum, juz, dan tirim. Bahkan, malam itu beberapa kali dibawakan lagu yang pakemnya diiringi dengan pukulan terbang bernama inat.
“Natawassal bil Habibiy Ya Maulaa… ighfiro Robbiy al-dzunuba Ya Maulaa,” begitulah kira-kira liriknya.
Setelah Mahallul Qiyam, dibacakanlah doa, lalu sambutan oleh Kyai Hamid mewakili takmir musholla al-Badar. Dalam sambutannya, beliau menghaturkan terima kasih atas kerawuhan jamaah dari dusun, RT, dan RW lain pada malam itu. Beliau juga menyampaikan terima kasih pada jamaah musholla al-Badar, terutama ibu-ibu yang telah menyiapkan segala sesuatunya. Tidak lupa beliau menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan dalam penghormatan. Lalu para jamaah menyantap tumpeng yang telah tersedia. Suasana kekeluargaan dan keakraban semakin terasa, apalagi ketika di antara para jamaah saling berbagi makanan pada saudaranya pada jamuan penuh berkah tersebut. Moga Allah SWT mencurahkan berkahnya. Aamiin. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah