Membabat Habis Kejahatan Hingga ke Akarnya

Mencabut Nafsu hingga Akarnya di Madrasah Ramadhan

Ibnu Athaillah dalam masterpiece-nya mengatakan bahwa pangkal dari segala kemaksiatan, kelalaian, dan syahwat adalah kerelaan terhadap nafsu. Sedangkan pangkal dari segala ketaatan, kesadaran, dan pengendalian diri adalah tiadanya kerelaan terhadap nafsu. Kemaksiatan adalah sesuatu yang berat dilakukan bagi orang yang sadar penuh. Tapi bisa dilakukan dengan ringan akibat kelalaian di luar kesadaran bahwa Allah tahu, melihat, dan mendengar. Sedangkan yang menyebabkan kelalaian dan ketidaksadaran itu adalah keinginan dan syahwat. Keinginan-keinginan itu bisa dihentikan bila tidak dipengaruhi oleh nafsu. Sedangkan nafsu berasal dari syahwat makan. Kekenyangan inilah yang menumbuhkan syahwat yang kemudian menumbuhkan cabang syahwat kemaluan. Kemudian apabila syahwat perut dan kemaluan telah mendominasi, tumbuhlah cabang rakus harta. Karena sulit untuk menuntaskan dua syahwat tersebut tanpa harta. Lalu dari syahwat harta tadi tumbuhlah syahwat tahta. Karena sulit untuk mendapatkan harta tanpa tahta.

Masalahnya adalah ketika bakal-bakal cabang syahwat tadi tidak segera dibabat, hasrat untuk mendapatkan harta dan tahta akan semakin kuat. Dan ketika menuruti syahwat harta dan tahta, Anda akan melihat seluruh petaka datang berbondong-bondong. Kesombongan, iri, dengki, permusuhan, persaingan, sikut-menyikut, semuanya datang beserta istri dan anak-cucu mereka. Mereka akan menutupi pandangan mata bashirah sehingga Anda tidak akan mampu lagi melihat. Lumpur dosa dan percikan kemaksiatan akan Anda lewati tanpa sadar. Mantan pembantu Gusti Rasul, Anas bin Malik, pernah berkata di era sahabat bahwa kita banyak mengerjakan hal-hal kecil yang lebih kecil dari helai rambut yang di era kerasulan, semuanya terhitung sebagai mubiqat (dosa yang membinasakan). Tidak heran, karena Bunda Aisyah mengatakan bahwa bid’ah pertama yang dibuat pasca era kerasulan adalah kenyang. Bunda juga menambahkan bahwa seseorang ketika dikuasai perutnya, maka mudah bagi nafsu untuk menguasainya dan mengarahkannya untuk menuju dunia. Karena itulah Gusti Rasul memberikan perhatian besar kepada ibadah yang bernama lapar. Gusti Rasul bersabda, “Tidak ada amalan apa pun yang dicintai Allah melebihi amalan lapar dan dahaga.”

Begitu berbahayanya kenyang bagi kesehatan beragama. Selain itu, orang yang perutnya penuh tidak akan dapat memasuki kerajaan langit. Gusti Rasul pernah berpesan kepada Bunda Aisyah untuk konsisten mengetuk pintu surga, niscaya akan terbuka. Bunda bertanya bagaimana caranya, dan dijawab yakni dengan lapar dan dahaga. Tapi lapar dan dahaga secara lebay juga tidak baik, karena sebaik-baik perkara adalah yang biasa-biasa saja. Seperti peringatan dari Muhammad Al Bushiri untuk berhati-hati dari intrik lapar dan kenyang. Karena terkadang kelaparan itu lebih buruk dari kenyang. Tubuh dan persendian akan melemah sehingga kekuatan untuk beribadah pun tidak ada.

Selain itu, salah satu tolok ukur kualitas keislaman dapat dilihat dari kekenyangannya. Karena Gusti Rasul bersabda bahwa salah satu tolok ukur berkualitasnya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya. Sekarang mari kita renungkan, apa urgensi dari kenyang? Perihal makan sendiri, Gusti Rasul bersabda bahwa cukuplah bagi anak adam dengan beberapa suapan untuk menegakkan tulangnya. Dari sini dapat dilihat bahwa urgensi kenyang tidak ada, tapi urgensi makan lah yang ada. Karena dengan makan kita dapat menyambung hidup, bukan dengan hidup kita dapat menyambung makan. Yakni makan sesuai dengan kebutuhan nutrisi masing-masing tubuh.

Maka dari itu, hendaklah kita berhati-hati terhadap urusan makan. Karena keegoisan, kriminalitas, pelanggaran, pencurian, korupsi, dan kejahatan apa pun yang terjadi di dunia ini berakar pada urusan makan. Begitu pula segala jenis ketaatan, kebaikan, kemanusiaan, hingga surga, semuanya juga berawal dari makan. Juga hendaknya kita senantiasa menjaga kesadaran, bahwa salat, ibadah, hidup, hingga mati kita untuk Allah. Dan kita tidak diciptakan kecuali semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Marilah kita melestarikan perjanjian di zaman azali untuk meninggalkan apa pun selain Allah. Karena Sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya lah kita akan kembali. Dengan begitu, -Insyaallah- kita akan mudah menggerakkan tubuh dan melangkahkan kaki hanya untuk kembali kepada Allah.

Marilah bersama-sama kita belajar dan berlatih perang, meningkatkan kewaspadaan, dan menyiapkan bekal untuk menumpas kejahatan diri kita sendiri dan mencabut hingga ke akar-akarnya di Madrasah Ramadan ini dengan penuh keimanan dan introspeksi. Semoga kita dapat mengalahkan dominasi nafsu dan balik mendominasinya sebelum tumbuh semakin besar dan akarnya semakin kuat.

Moh. Faiz Ridlo Maulana
Sekretaris MWC LBM NU Buduran