GLADEN KUBRO ISHARI NU ANCAB BUDURAN DI KOMPLEK MAKAM MBAH NANGGULAINI SIWALANPANJI

SIWALANPANJI. Bertempat di masjid Baiturrohim desa Siwalanpanji pada Sabtu (30/09/23) diadakan Gladen Kubro ISHARI NU Anak Cabang (Ancab) Buduran yang dihadiri ratusan ishariyyin dari belasan ranting di wilayah Buduran. Gladen Kubro di masjid yang berada di komplek makam waliyullah Mbah Nanggulaini tersebut terselenggara sebagai bagian dari kegiatan rutin ISHARI NU Ancab Buduran. Mekanismenya dengan menunjuk Pengurus Ranting (PR) ISHARI NU di wilayah Buduran sebagai tuan rumah Gladen Kubro secara bergiliran. Adalah PR ISHARI NU Siwalanpanji yang menjadi tuan rumah Gladen Kubro yang bertepatan di bulan maulid tahun 1445 H ini.

Sebagaimana kebiasaan dalam pembacaan sholawat bil-ishariy, setelah pembukaan oleh pengurus ISHARI NU Ancab Buduran dan pembacaan tawassul, dimulailah latihan dengan membaca muhuth Ibtida’. Dilanjutkan dengan Bi Syahri, Tanaqqol, Wulidal Habib, Sholla ‘Alaika, Badat Lana, Mahallul Qiyam, dan ditutup oleh doa oleh K. Hasan Jamil yang juga menjadi Wakil Katib Syuriah MWCNU Buduran. Sebenarnya, setelah Mahallul Qiyam masih ada muhuth lain seperti Faturqul Washli, Fazat Halimah, Man Mitsluhu, Ta’allam, Ya Maulidan, Shollal Ilahu, Ta’alaw Bina, dan Habibun. Namun pada saat Gladen Kubro tersebut beberapa muhuth setelah Mahallul Qiyam tidak dilatihkan.

Hadir ratusan pegiat ISHARI NU pada kesempatan Gladen Kubro kali ini. Bila dilihat dari segi usia, para ishariyyin ini tidak hanya didominasi orang dewasa, namun juga para remaja dan anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa memang mahabbaturrosul terbuka bagi siapapun dan apapun selama mereka adalah makhluk Allah SWT. Segaris dengan dengan keistimewaan status Baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Senada dengan namanya, Gladen Kubro ini juga menjadi media pembelajaran bagi jamaah dan pegiat ISHARI NU. Pembelajaran dalam hal ini bukan hanya terkait pemahaman kognitif atas tiap dimensi pengetahuan sholawat yang bacaannya disandarkan pada kitab Syaroful Anam karya Imam Hariri atau kitab-kitab ISHARI NU seperti Diwanu Hadroh dan Raoudlotul Jannah, namun juga menjadi pelatihan keahlian pengamalan ISHARI NU. Bahkan juga menjadi mediasi penguatan spiritual mahabbaturosul pada jiwa para ishariyyin.

Selain itu, kegiatan Gladen Kubro ini juga menjadi ajang silaturrohim para jamaah ishariyyin sekaligus konsolidasi para pengurus ISHARI NU di tingkat ranting dan Ancab terkait berbagai persoalan yang terjadi di sekitar jam’iyah ISHARI NU. Memang kegiatan seperti ini terlihat tidak formal dan lebih terkesan ritualistik, namun justru pada titik itulah kekuatan jamaah ISHARI NU sehingga tetap bisa bertahan dalam perubahan zaman. Bahkan –bila meminjam istilah dari ilmu kebudayaan—ISHARI NU dapat disebut sebagai salah satu cultural sign atau cultural symbol dari nilai-nilai ahlussunnah wa al-jamaah yang tereplikasi dalam tradisi.(c)