Harlah GP Ansor Ke-89, Bersinergi Dalam Persatuan

GP Ansor,Ansor,Harlah Ansor,Harlah GP Ansor,Ansor Digdaya,Indonesia Digdaya,Indonesia,Digdaya,Sinergi,Bersinergi,Bersatu,Persatuan,Buduran,Ansor Solid,Ansor Buduran Solid,MD. Djazuli,PR GP Ansor Pagerwojo,Pagerwojo,Ansor Buduran

Bertubi-tubi bencana sosial terkait pemuda di Tanah Air –kasus pembunuhan berencana di institusi Bhayangkara, penganiayaan yang dilakukan anak pegawai Ditjen Pajak, dan yang terbaru penganiayaan oleh salah satu putra perwira polisi yang bertugas di Polda Sumatera Utara—, deretan kasus tersebut dilakukan oleh generasi yang berada dalam klaster pemuda. Peristiwa-peristiwa itu sudah cukup menempatkan generasi muda dalam peribahasa “Tercoreng arang di kening”. Peribahasa ini ingin mengatakan bahwa tindakan beberapa pemuda tersebut memalukan generasi pemuda saat ini. Rangkaian insiden tersebut memunculkan pertanyaan bagi sebagian pihak, ada apa dengan pemuda hari ini?

Pemuda merupakan aset berharga bagi bangsa. Menurut Undang Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang disebut pemuda adalah mereka yang berusia 16 sampai 30 tahun. Walaupun definisi ini juga paradok dengan kategorisasi pemuda yang dikeluarkan WHO dalam rentang kurun waktu tahun 2003 sampai 2018, di mana pemuda adalah mereka yang berusia dari 16 sampai 24 tahun. Terlepas dari perbedaan definisi dan kategori itu, pastinya pemuda merupakan kelompok usia yang memiliki potensi besar. Pada merekalah terletak corak karakter sebuah bangsa, apakah akan menjadi bangsa yang kuat dan berdaya saing tinggi di kancah global, ataukah menjadi bangsa yang hanya menjadi penonton dalam persaingan global tersebut. Oleh karena itu, peran pemuda dalam pembentukan karakter bangsa sangat penting dan strategis.

Salah satu peran penting pemuda dalam membentuk karakter bangsa adalah dengan menjaga dan memperkuat nilai-nilai luhur bangsa. Nilai-nilai tersebut meliputi kejujuran, kerja keras, disiplin, solidaritas, persatuan, dan gotong-royong. Penguatan atas pemahaman nilai-nilai luhur bangsa itu dapat diekspresikan melalui sekian banyak saluran yang berorientasi pada penguatan nalar, intelektualitas, life-skill, bakat, dan sebagainya. Medianya juga dapat dengan aktif di organisasi kepemudaan sebagai wadah pengayaan pengalaman dan kompetensi sosial pemuda itu sendiri. Selain itu, pemuda juga dapat menjadi agen perubahan dalam menanamkan nilai-nilai tersebut kepada masyarakat luas, terutama kepada generasi muda. Status sebagai agen perubahan itu akan lebih matang diperankan pemuda bila mereka mau mengasah keterampilannya sebagai motor perubahan dalam konteks individual maupun komunal dalam organisasi.

Selaras dengan gagasan ini, salah satu oraganisasi kepemudaan dari Badan Otonom Nahdlatul Ulama yaitu Gerakan Pemuda Ansor memiliki peran yang penting dan sangat vital. Salah satu peran GP Ansor yang sangat penting adalah posisi strategisnya dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan serta mengatasi bahaya radikalisme. Di era globalisasi dan modernisasi yang semakin cepat, pemuda seringkali mudah terpengaruh oleh ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menjadi pasar yang menggiurkan bagi penyebaran berbagai ideologi trans-nasional yang dewasa ini memicu kekacauan di belahan dunia. Fenomena The Arab Spring yang terjadi di negara-negara Timur Tengah misalnya, menjadi bukti nyata bahwa kekerasan, neo-imperialisasi, dan chaos sosial yang terjadi pasti didahului dengan gesekan ideologi radikal dengan tatanan yang sudah ada terlebih dulu.

Selain itu, GP Ansor juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda. Sebagai organisasi kepemudaan yang besar dan berpengaruh, GP Ansor memiliki kesempatan untuk mempengaruhi pandangan dan sikap generasi muda. Melalui berbagai kegiatan mandiri atau kolektif/gabungan seperti kaderisasi, seminar, pelatihan, dan diskusi, GP Ansor dapat memberikan edukasi serta membentuk karakter pemuda yang berkualitas, berintegritas, dan mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi.

GP Ansor memainkan peran penting dalam memberikan edukasi dan sosialisasi tentang nilai-nilai kebangsaan yang mendasar, sehingga dapat memperkuat kesadaran dan kecintaan terhadap tanah air. Rasa kecintaan itu nampak dalam Harlah ke-89 GP Ansor tepat pada 24 April 2023 dengan mengusung tema “Digdaya GP Ansor Digdaya Indonesia”. Yang menarik selain tema yang diusung, makna dari logo yang diluncurkan merepresentasikan kepemudaan yakni bersinergi, bergerak berdampingan secara fleksibel dan dinamis serta harus bertumbuh secara terus-menerus, seimbang, stabil dan makmur demi menyongsong abad kedua Nahdlatul Ulama.

Harapan-harapan GP Ansor sebaiknya diikat dengan landasan persatuan. Seperti halnya yang disampaikan oleh pendiri GP Ansor K.H. Abdul Wahab Chasbullah, “Tidak ada senjata yang lebih tajam selain persatuan”. Persatuan memiliki makna sangat penting bagi bangsa, yaitu kekuatan dan keutuhan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang dihadapi bersama. Persatuan bukanlah hanya tentang kebersamaan fisik, tetapi juga tentang semangat dan pikiran yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Bangsa yang bersatu akan memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Pada lingkup internal, persatuan dapat mencegah terjadinya konflik antar golongan atau kelompok yang dapat merusak hubungan sosial atau konflik identitas yang biasanya menjadi eksploitasi rutin pada momentum pesta demokrasi. Pada lingkup eksternal, persatuan dapat membantu bangsa untuk memperoleh pengakuan dan dukungan dari negara lain dalam partisipasi di kancah global. (zul)

MD. Djazuli
PR GP Ansor Pagerwojo