MUJAHADAH: WADZIFAH USBU’IYYAH MWCNU BUDURAN

GRAHA NUSANTARA. Melalui WhatsApp Group (WA) pengurus MWCNU Buduran pada Kamis (21/03/24) siang, Kyai Machrus selaku Ketua Tanfidziyyah mengirimkan sebuah pesan –atau lebih tepat undangan—yang isinya mengundang para pengurus untuk mengikuti mujahadah di kantor MWCNU Buduran. Sedianya mujahadah ini dilaksanakan malam itu juga yang sesuai undangan akan dimulai pada pukul 22.00 WIB. Menjelang tibanya waktu buka puasa, kiranya notifikasi WA menginformasikan bahwa pesan itu telah terbaca oleh seluruh pengurus MWCNU Buduran. Artinya, pesan pimpinan telah tertangkap oleh seluruh pengurus.

Langsung ke belakang Yai, sudah ditunggu yang lainnya,” begitulah kira-kira kalimat yang dilontarkan Pakde Sholeh di luar pagar kantor MWCNU ketika salah seorang pengurus tiba lebih dari waktu yang ditentukan untuk memulai mujahadah. Para sahabat Banser terlihat berjaga di depan kantor MWCNU Buduran dan sesekali ada di antara mereka yang berdiri sekedar melayani masyarakat yang membutuhkan bantuan mereka ketika melintasi kantor kebanggaan warga NU Buduran tersebut. Pengurus yang datang “terlambat” itu segera memarkir sepeda motornya dan bergegas menuju ke lokasi yang dimaksud, yaitu Graha Nusantara.

Di tengah lokasi mujahadah, terlihat Kyai Machrus, KH. Jalisil Ulama dan beberapa aktifis NU Buduran sedang duduk melingkar sambil menikmati hidangan yang “alladzi fii”, yaitu kopi hitam, dan tentunya mereka sedang berdialog dengan sesekali tertawa bersama. “Alhamdulillah, monggo Gus,” suara khas KH. Jalisil Ulama menyapa sekaligus mempersilahkan pengurus yang baru tiba untuk segera bergabung dalam majelis kher tersebut. Setelah saling bertanya kabar masing-masing, pembicaran dilanjutkan. Ternyata topik pembicaraan seputar beberapa kagiatan aktifis NU Buduran di masa silam yang itu menjadi database pada memori peserta kongkow tersebut.

Setelah beberapa saat –lebih tepatnya purna menuntaskan ngudut sebatang rokok–, mujahadah dimulai. KH. Jalisil Ulama memimpin shalat tasbih dan shalat hajat, lalu diteruskan dengan istighotsah dan doa yang dipimpin oleh Kyai Machrus. Terdengar bacaan tawassul Ketua Tanfidziyah ini terurai satu persatu dan di sambut oleh peserta mujahadah dengan membacakan surat al-Fatihah sesuai komando pimpinan. Di akhir-akhir episode tawassul Fatihah, terdengar Kyai Machrus –matehai—seluruh pengurus MWCNU Buduran beserta seluruh Lembaga, Badan Otonom (Banom), PRNU se-Buduran beserta jajaran lembaga dan Banomnya, serta keluarga dan anak keturunan mereka semua dengan permohonan semoga Allah SWT berkenan menganugerahkan kerukunan, kekompakan, kesehatan, keselamatan, kecukupan, pertolongan, penjagaan, dan futuhiyah kepada mereka semua. Di samping juga memohon kepada Allah SWT agar seluruh program-program organisasi NU se-Buduran dapat terlaksana dan membawa kemanfaatan sekaligus keberkahan dunyatan wa akhirotan.

Beberapa saat berikutnya, bacaan-bacaan istighotsah sebagaimana yang biasa diamalkan oleh warga Nu dibacakan, dan itu tanpa ngerpek. Terkesan tiap peserta mujahadah telah familier atau bahkan hafal tartib bacaan istighotsah tersebut. Di bagian akhir, bacaan tahlil, Fatihah, dan doa penutup dipanjatkan Kyai Machrus dan diamini jamaah mujahadah.

Selesai mujahadah, ternyata majelis kher diteruskan barang beberapa saat. Ketika ada beberapa yang minta izin undur diri, Kyai Machrus mengingatkan kembali agar kamis malam jumat pekan depan mereka hadir kembali di waktu dan tempat sama untuk melaksanakan agenda yang sama. Jadilah mujahadah yang dilaksanakan malam itu menjadi semacam wadzifah usbu’iyyah pengurus MWCNU Buduran. Memahami ini dari kacamata dunia tarekat atau tasawuf, bisa jadi kalimat yang menyatakan “jika seseorang aktif dan istiqomah khidmah di NU, tak ubahnya ia sudah menjalani laku tarekat” menjadi benar, terlepas dari adanya berbagai dimensi lain dalam dunia ketarekatan. Tapi paling tidak memang bila seseorang itu aktif lagi istiqomah khidmah di NU, maka ia akan dikonstruksi untuk mengikuti, menjalani, dan menikmati sekian ritual yang mengkonstruksi spiritualitas serta relijiusitasnya dalam bingkai pengikut Islam ahlussunnah wal jama’ah al-nahdliyyah. Moga diberi anugerah istiqomah dan tuma’ninah. Aamiin.(c)