PENGAJIAN KITAB AL-JALAU AL-AFHAM SYARAH AQIDATUL AWAM: FASHAL 7 PUTERA-PUTERI, ISTRI, PAMAN, BIBI, ISRA’-MI’RAJ DAN TABLIGH RASULULLAH SAW

LANJUTAN FASHAL 7

 

 [PUTRA-PUTRI, ISTRI-ISTRI, PAMAN DAN BIBI, BESERTA ISRA’ DAN MI’RAJ NABI BESAR MUHAMMAD ﷺ]

PUTERA DAN PUTERI NABI MUHAMMAD

 

:قَالَ النَّاظِمُ رحِمَهُ اللهُ تَعَالىٰ

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullahu, berkata:
وَسَـــــــبْـعَةٌ أَوْلاَدُهُ فَمِـنْـهُمُ ٣٥ ثَلاثَـةٌ مِـنَ الذُّكـُـــــوْرِ تُـفْـــهَمُ
Ada 7 orang putera-puteri nabi Muhammad ﷺ, diantara mereka 3 orang laki-laki, maka pahamilah itu
قَاسِمْ وَعَبْدُ اللهِ وَهْوَ الطَّيِّبُ ٣٦ وَطَاهِــــرٌ بِذَيْـنِ ذَا يُـلَـــــقَّبُ
Qasim dan Abdullah yang bergelar At-Thayyib dan At-Thohir, dengan 2 sebutan inilah (At-Thayyib dan At-Thahir) Abdullah diberi gelar
أَتَاهُ إبْرَاهِـــــيْـمُ مِنْ سُـــــرِّيـَّهْ ٣٧ فَأُمُّـــــــهُ مَارِيَّةُ الْـقِـبْـــــــطِـيَّـهْ
Anak yang ketiga bernama Ibrohim dari Suriyyah (Amat perempuan), ibunya (Ibrahim) bernama Mariyah Al-Qibtiyyah
وَغَيْـرُ إِبْرَاهِــيْمَ مِنْ خَـــــدِيْجَهْ ٣٨ هُمْ سِــــتَّـةٌ فَخُـــــذْ بِهِمْ وَلِـيْجَهْ
Selain Ibrahim, ibu putera-puteri Nabi Muhammad berasal dari Khadijah, mereka ada 6 orang (selain Ibrahim), maka kenalilah dengan penuh cinta
وَأَرْبَــعٌ مِـنَ اْلإِنَاثِ تُـذْكَــــــرُ ٣٩ رِضْــوَانُ رَبِّي لِلْجَمِــيْعِ يُذْكَــرُ
Dan 4 orang anak perempuan Nabi akan disebutkan, semoga keridhaan Allah untuk mereka semua
فَاطِـمَـةُ الزَّهْرَاءُ بَعْلُهَا عَلِيْ ٤٠ وَابْنَاهُمَا السِّـبْطَانِ فَضْلُهُمُ جَلِيْ
Fatimah Az-Zahra’ yang bersuamikan Ali bin Abi Thalib, dan kedua putera mereka (Hasan dan Husein) adalah cucu Nabi yang sudah jelas keutamaanya
فَزَيْـنَبٌ وَبَعْـــــدَهَـا رُقَـــــيَّهْ ٤١ وَأُمُّ كُـلْـــــــثُـومٍ زَكَـتْ رَضِــــيَّهْ
Kemudian Zainab dan selanjutnya Ruqayyah, dan Ummu Kultsum yang suci lagi diridhai

 

MUFRADAT [KOSAKATA]

بِذَيْـنِ    : yakni dengan 2 gelar [Thayyib dan Thahir]

سُـــــرِّيـَّهْ : dibaca dhommah huruf  ” س ” nya, artinya budak perempuan

فَخُـــــذْ بِهِمْ وَلِـيْجَهْ : ambillah dan berusahalah mengenali putera dan puteri Baginda Nabi Muhammad ﷺ dengan cinta yang terus menerus, makna ” الْوَلِيْجَة ” adalah kasih sayang, cinta lahir dan batin.

بَعْلُهَا     : yakni, suaminya.

وَابْنَاهُمَا  : yakni, Sayidina Hasan dan Sayidina Husain radhiyallahu anhuma.

PENJELASAN:

Putera dan Puteri Nabi Muhammad ﷺ ada 7 orang 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, mereka adalah:

  1. Sayid Qasim: dari puteranya yang bernama Sayid Qasim inilah Nabi Muhammad ﷺ punya kunia [nama yang diawali dengan “أَبٌ” atau “أُمٌّ”] Abul Qasim. Sayid Qasim wafat di Makkah ketika usia 2 tahun, beliau adalah orang pertama meninggal dari putera-puteri Nabi Muhammad ﷺ.
  2. Sayid Abdullah: bergelar Thahir dan Thayyib, wafat di Makkah ketika masih kecil. Ketika Sayid Abdullah wafat, berkatalah Ash bin Wail Al-Sahmi: “Muhammad telah keturunannya, Dia adalah orang yang terputus.” Kemudian Allah ﷻ menurunkan firman-Nya [sebagai bantahan terhadap perkatan Ash bin Wail]:

اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ [سورة الكوثر الاية: ۳]

Artinya: Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah). [QS. Al-Kautsar: 3].

  1. Sayid Ibrahim: lahir pada bulan Dzulhijjah tahun 8 Hijriyah, Baginda Nabi Muhammad ﷺ mengakikahinya, memberinya nama, dan mencukur rambutnya serta menshadakahinya emas seberat rambutnya pada hari ke-7 kelahirannya. Sayid Ibrahim wafat pada tahun 10 Hijriyah, berusia 16 bulan, sebagian mengatakan usia 18 bulan.
  2. Sayidah Zainab: dinikahi oleh putera laki-laki bibinya yang bernama Abul Ash bin Al-Rabi’ yang ibunya bernama Halah binti Khuwailid, pernikahan Sayidah Zainab dan Abul Ash dikaruniai 2 orang anak yang bernama Ali dan Umamah. Sayidah Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah.
  3. Sayidah Ruqayyah: dinikahi oleh Sahabat Utsman bin Affan. Sayidah Ruqayyah wafat pada saat terjadi perang Badar bulan Ramadhan tahun 2 Hijriah.
  4. Sayidah Umu Kultsum: dinikahi oleh Sahabat Utsman bin Affan setelah wafatnya Sayidah Ruqayyah, karenanya Sahabat Utsman bin Affan mendapat Dzunnurain [orang yang mempunyai 2 cahaya]. Sayidah Ruqayyah wafat tahun 9 Hijriyah.
  5. Sayidah Fathimah Al-Zahra’: dinikahi oleh Sahabat Ali bin Abi Thalib yang berusia 21 tahun 5 bulan, sedangkan Sayidah Fathimah Al-Zahra’ masih berusia 15 tahun setelah para sahabat pulang dari perang Badar. Pernikahan Sayidah Fathimah Al-Zahra’ dengan Sahabat Ali bin Abi Thalib dikaruniai 3 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan, masing-masing bernama: 1. Sayid Hasan 2. Sayid Husain 3. Sayid Muhassin 4. Sayidah Zainab 5. Sayidah Umu Kultsum yang diperistri Sahabat Umar bin Khatthab 6. Sayidah Ruqayyah.

Sayidah Fathimah Al-Zahra’ wafat 6 bulan setelah wafat Ayahandanya, tepatnya pada tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah, dimakamkan oleh Sayidina Ali karramallahu wajhah pada malam hari.

Anak cucu keturunan dari Sayidah Fathimah Al-Zahra’ banyak sekali sampai hari ini. Allah ﷻ telah memerintahkan kita mencintai mereka, karena mereka adalah ahlu bait Baginda Nabi Muhammad ﷺ, sebgaiman firman Allah ﷻ:

قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ [سورة الشورى الاية: ٢۳]

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu suatu imbalan pun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” [QS. Al-Syura: 23]

Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah ﷺ! siapakah kerabat Anda, mereka yang wajib kita cintai? Baginda Nabi Muhammad ﷺ menjawab: “Ali, Fathimah, dan kedua putera-Nya [Hasan dan Husain]. Alangka indahnya syair yang digubah Al-Imam Al-Syafi’i:

يَآ أَهْلَ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ حُبُّكُمُوْ   ﴿﴾   فَرْضٌ مِنَ اللهِ فِى الْقُرْأٰنِ أَنْزَلَهٗ

Wahai ahli bait Rasulullah ﷺ! Hukum mencintai kalian semua adalah wajib sebagaimana dalam Al-Qur’an yang telah diturunkan oleh Allah ﷻ.

يَكْفِيْكُمُوْ مِنْ عَظِيْمِ الْقَدْرِ أَنَّكُمُوْ   ﴿﴾   مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْـكُمْ لاَصَلاَةَ لَهٗ

Cukuplah bagi kalian semua agungnya pangkat, tingginya derajat, barang siapa yang tidak bershalawat atas kalian semua, berarti shalatnya tidak diterima.

Putera-Puteri Baginda Nabi Muhammad ﷺ berdasarkan urutan kelahiran adalah:

  1. Sayid Qasim
  2. Sayidah Zainab
  3. Sayidah Ruqayyah
  4. Sayidah Fathimah
  5. Sayidah Umu Kultsum
  6. Sayid Abdullah

Kesemuanya itu lahir dari seorang Ibu bernama Sayidah Khadijah radhiyallahu ‘anha. Adapun Sayid Ibrahim lahir dari seorang Ibu bernama Sayidah Mariyah Al-Qibthuyah, Ia adalah budak perempuan [suriyah] Baginda Nabi Muhammad ﷺ, Beliau mendapatkannya hadiah dari Raja Muqauqis penguasa Mesir [al-qibti], selain itu Baginda Nabi Muhammad ﷺ diberi hadiah olehnya saudari perempuan Sayidah Mariyah Al-Qibthuyah bernama Sirin, seribu mitsqal emas [1 mitsqal = 4.25 gr.], 20 potong baju yang halus, keledai berwarna kelabu agak seperti warna debu yang bernama Ya’fur.  Baginda Nabi Muhammad ﷺ memberikan Sirin kepada Hisan bin Tsabit Al-Anshari radhiyallahu ‘anh.

 

 

وَاللهُ أَعْلَمُ

۞۞۞۞۞۞۞۞۞

 

ISTRI-ISTRI BAGINDA NABI BESAR MUHAMMAD  

 

:قَالَ النَّاظِمُ رحِمَهُ اللهُ تَعَالىٰ

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullahu, berkata:
عَنْ تِسْعِ نِسْوَةٍ وَفَاةُ الْمُصْطَفَى ٤٢ خُيِّـرْنَ فَاخْتَرْنَ النَّـبِيَّ الْمُقْتَفَى
Dari 9 istri Nabi ditinggalkan setelah wafatnya, mereka semua telah diminta memilih surga atau dunia, maka mereka memilih Nabi sebagai panutan
عَائِشَـــةٌ وَحَفْــصَـةٌ وَسَـــوْدَةُ ٤٣ صَـفِيَّـةٌ مَـيْــــــمُـوْنَةٌ وَ رَمْـــــلَةُ
Aisyah, Hafshah, dan Saudah, Shafiyyah, Maimunah, dan Ramlah
هِنْدٌ وَ زَيْـنَبٌ كَذَا جُوَيـْرِيَهْ ٤٥ لِلْمُـؤْمِـنِيْنَ أُمَّــــــهَاتٌ مَرْضِـيَهْ

Hindun dan Zainab, begitu pula Juwairiyyah, Bagi kaum Mu’minin mereka menjadi ibu-ibu yang diridhoi

 

MUFRADAT: [KOSAKATA]

 

الْمُقْتَفَى  : yang diikuti

مَرْضِـيَهْ  : huruf ” ي ” tanpa tasydid, dibaca ringan untuk menyesuaikan irama.

PENJELASAN:

Istri-istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ yang telah di kumpuli ada 11 orang, Baginda Nabi Muhammad ﷺ wafat meninggalkan 9 orang istri. Dan telah wafat sebelum-Nya 2 orang istri, yaitu:

  • Sayidah Khadijah binti Khuwailid: Ia adalah istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ, Beliau menikahi Sayidah Khadijah binti Khuwailid di Makkah sebelum diangkat menjadi Nabi. Sayidah Khadijah binti Khuwailid sebelum menikah dengan Baginda Nabi Muhammad ﷺ menikah dengan Abi Halah yang dikaruniai 2 orang anak bernama Hindun bin Abi Halah dan Zainab binti Abi Halah, Sayidah Khadijah binti Khuwailid sebelum menikah dengan Abi Halah telah bersuami ‘Atiq bin ‘Aidz Al-Makhzumi yang dikaruniai 2 orang anak, yaitu Abdullah dan Jariyah. Baginda Nabi Muhammad ﷺ tidak menikahi perempuan lain sehingga Khadijah binti Khuwailid meninggal dunia.
  • Sayidah Zainab binti Khuzaimah: saudari tunggal ibu Sayidah Maimunah binti Al-Harits. Sayidah Zainab binti Khuzaimah terkenal dengan sebutan Ibu orang-orang miskin, karena kasih sayangnya kepada mereka, Sayidah Zainab binti Khuzaimah mendampingi Baginda Nabi Muhammad ﷺ sekitar 2 atau 3 bulan, kemudian Ia wafat di shalati oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ sendiri, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.

Adapun istri-istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ yang sembilan telah disebutkan oleh Nadzim [penyusun nadzam] dalam beberapa bait nadzam diatas. Mereka adalah orang-orang yang telah diperintahkan oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ memilih anatara perhiasan dunia dan tetap mendampingi Beliau, ternyata mereka semua memilih tetap setia mendampingi Baginda Nabi Muhammad ﷺ, sebagamana firman Allah ﷻ:

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ اِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا فَتَعَالَيْنَ اُمَتِّعْكُنَّ وَاُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيْلًا. وَاِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَالدَّارَ الْاٰخِرَةَ فَاِنَّ اللّٰهَ اَعَدَّ لِلْمُحْسِنٰتِ مِنْكُنَّ اَجْرًا عَظِيْمًا [سورة الاحزاب الاية: ٢٨-٢٩]

Artinya: Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, kemarilah untuk kuberikan kepadamu mut‘ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan negeri akhirat, sesungguhnya Allah menyediakan pahala yang besar bagi siapa yang berbuat baik di antara kamu.” [QS. Al-Ahzab: 28-29]

Ketika semua istri-istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ lebih memilih, Allah ﷻ, Rasul-Nya, dan rumah akhirat, maka Allah ﷻ memuji dan menurunkan firman-Nya yang berkaitan dengan sikap mereka:

يٰنِسَاۤءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا [سورة الاحزاب الاية: ۳٢]

Artinya: Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. [QS. Al-Ahzab: 32]

Sebagai tambahan keterangan, kami akan menuturkan sedikit apa yang berhubungan dengan 9 orang istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ radhiyallahu ‘anhunna, sebagai berikut:

  1. Sayidah ‘Aisyah binti Abu Bakar Al-Sidiq: dinikahi Baginda Nabi Muhammad ﷺ di Makkah pada bulan Syawal, ketika itu Ia masih berusia 7 tahun. Baginda Nabi Muhammad ﷺ mengumpulinya di Madinah, ketika itu Ia berusia 9 tahun di bulan Syawal di penghujung kedelapan bulan Hijriyah menurut pendapat yang sahih. Baginda Nabi Muhammad ﷺ tidak menikahi perempuan gadis selain Sayidah ‘Aisyah, Sayidah ‘Aisyah adalah perempuan yang paling dicintai oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ.

Sayidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “dan aku melihat Malaikat Jibril bercakap-cakap bersama Baginda Nabi Muhammad ﷺ dalam bentuk rupa Dihyah Al-Kalbi. Baginda Nabi Muhammad ﷺ bersbda:

هٰذَا جِبْرِيْلُ يُسَلِّمُ عَلَيْكِ

Artinya: “Ini Malaikat Jibril mengucapkan salam untukmu”

Sayidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha wafat ketika mendekati usia 67 tahun pada bulan Ramadhan tahun 58 Hijriyah dishalati oleh Shabat Abu Hurairah, ada yang mengatakan, dishalati oleh Sahabat Sa’id bin Zaid. Sayidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dimakamkan di pemakaman Baqi’ pada masa kepemimpinan Marwan bin Abdul Hakam, pada kekhalifahan Mu’awiyah radhiyallahu anh.

  1. Sayidah Hafshah binti Umar bin Khattab: sebelumnya Sayidah Hafshah diperistri Khunais ibnu Hudzafah Al-Sahmi setelah kematian Khunais, Sayidah Hafshah menjanda lalu dinikahi oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ, peristiwa ini terjadi setelah perang Uhud tahun 3 Hijriyah, Sayidah Hafshah masih berusia 20 tahun. Sayidah Hafshah wafat pada tahun 45 Hijriyah pada masa kekuasaan Marwan bin Al-Hakam di kota Madinah, berusia 60 tahun.
  2. Sayidah Saudah binti Zam’ah: sebelumnya Sayidah Saudah diperistri Al-Sakron bin ‘Amr ia termasuk orang-orang yang berhijrah ke Habsyah setelah keduanya tiba di Makkah Al-Sakron bin ‘Amr wafat tanpa memiliki seorang pun. Kamudian dinikahi oleh Baginda Nabi Muhammad ﷺ tepat pada bulan Ramadhan tahun ke-10 setelah Beliau diangkat menjadi Nabi sesudah wafatnya Sayidah Khadijah radhiyallahu ‘anha, Sayidah Saudah wafat di akhir kekhalifahan Sayidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anh, menurut pendapat yang masyhur.
  3. Sayidah Shafiyah binti Huyay bin Akhthab: pemimpin Bani Al-Nudhair dari anak cucu Nabi Harun bin ‘Imran ‘alaihimas salam. Sebelumnya Sayidah Shafiyah menjadi istri Salam bin Misykam yang beragama Yahudi, kemudian menjadi istri Kinanah bin Abil Haqiq, keduanya adalah penyair, kemudian Kinanah bin Abil Haqiq terbunuh, pernikahan Sayidah Shafiyah dengan keduanya tidak dikaruniai anak seorang pun. Baginda Nabi Muhammad ﷺ memilih Sayidah Shafiyah menjadi istri-Nya, lalu memerdekakannya sebagai mahar perkawinan. Pada saat itu Sayidah Shafiyah belum mencapai usia 17 tahun. Sayidah Shafiyah wafat tepat pada bulan Ramadhan tahun 50 Hijriyah, ada yang berpendapat tahun 52 Hijriyah pada pemerintahan Muawiyah radhiyallahu ‘anh. Sayidah Shafiyah dimakamkan di pemkaman Baqi’.
  4. Sayidah Maimunah binti Al-Harits bin Hazan: Ia adalah bibi [saudari ibu] Abdullah bin Abbas, punya saudari Asma’ binti Umais, Zinab binti Khuzaimah istri Baginda Nabi Muhammad ﷺ. Ia juga bibi [saudari ibu] Khalid bin Walid. Dulu ketika di zaman jahiliyah Sayidah Maimunah menjadi istri Mas’ud bin Amr lalu ia menceraikannya, kemudian dinikahi oleh Abu Rahm bin Abdul Uzza Al-‘Amiri tidak lama kemudian ia wafat meninggalkan Sayidah Maimunah, lalu Baginda Nabi Muhammad ﷺ menikahinya pada tahun 7 Hijriyah pada saat Beliau melakukan umrah qadha’. Sayidah Maimunah wafat pada tahun 51 Hijriyah menurut yang lebih sahih, di Saraf sebuah tempat berdekatan dengan Tan’im dan dimakamkan di Saraf juga. Usia Sayidah Maimunah mencapai 80 tahun, Ia adalah perempuan terakhir yang dinikahi Baginda Nabi Muhammad ﷺ dan istri yang paling akhir wafat dari istri-istri Beliau.
  5. Sayidah Umu Habibah: Sayidah Umu Habibah adalah Ramlah binti Abi Sufyan bin Harb, Ia adalah anak perempuan bibi [saudari Ayah] Sahabat Utsman bin Affan. Ia masuk Islam lebih dulu lalu hijrah ke Habasya bersama suaminya Ubaidillah bin Jahsy, ketika sampai di Habasyah suaminya berpindah agama Nasrani lalu wafat disana, Sayidah Umu Habibah tidak mau berpindah agama Nasrani, tetap memeluk agama Islam. Baginda Nabi Muhammad ﷺ mengutus ‘Amr bin Umayah al-Dhamari menghadap Raja Najasyi agar menikahkan dengan Sayidah Umu Habibah serta memberikan mahar [mas kawin] dari Baginda Nabi Muhammad ﷺ 400 dinar. Yang menjadi wali nikah Sayidah Umu Habibah adalah Khalid bin Sa’id bin Ash, menurut pendapat yang lebih sahih, karena Sa’id bin Ash adalah anak laki-laki pamannya [saudara sepupu Sayidah Umu Habibah]. Sayidah Umu Habibah wafat pada tahun 44 Hijriyah.
  6. Sayidah Umu Salamah binti Abu Umayah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi: nama aslinya Hindun, sebelum dinikahi Baginda Nabi Muhammad ﷺ menjadi istri Salamah anak laki-laki bibi Baginda Nabi Muhammad ﷺ Barrah binti Abdul Mutthalib sekaligus saudara laki-laki sesusu Baginda Nabi Muhammad ﷺ, dari pernikahan Sayidah Umu Salamah dengan Salamah bin Barrah suami pertamanya dikarunia 4 orang anak, yaitu Slalamh, Umar, Darrah, dan Zainab. Setelah Abu Salamah wafat, Sayidah Umu Salamah dinikahi Baginda Nabi Muhammad ﷺ pada bulan Syawal tahu 4 Hijriyah. Sayidah Umu Salamh termasuk salah satu orang-orang yang ikut hijrah ke Habasyah dan Madinah. Ketika dinikahi Baginda Nabi Muhammad ﷺ Sayidah Umu Salamah berusia 30 tahun, sedangkan Ia wafat pada masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah tahun 60 Hijriyah, menurut pendapat yang sahih, pada saat itu Ia mencapai usia 84 tahun. Sabagai Imam shalat janazah untuk Sayidah Umu Salamah adalah Sahabat Abu Hurairah, ada yang mengatakan Sahabat Sa’id bin Zaid, beliau dimakamkan di pemakaman Baqi’.
  7. Sayidah Zainab binti Jahsy: Ia adalah anak perempuan bibi [saudari perempuan Ayah] Baginda Nabi Muhammad ﷺ Umaimah binti Abdul Mutthalib. Ia dinikahi Baginda Nabi Muhammad ﷺ pada tahun 5 Hijriyah, sedangkan usianya 35 tahun. Dulu Sayidah Zainab adalah istri budak yang dimerdekakan oleh Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ Zaid bin Haritsah, lalu ia menceraikannya, ketika habis masa iddhanya, Allah ﷻ menikahkannya dengan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ. Firman Allah ﷻ:

فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنٰكَهَا [سورة الاحزاب الاية: ۳۷]

Artinya: Maka, ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) [QS. Al-Ahzab: 37]

Sayidah Zainab sangat banga dengan peristiwa tersebut atas istri-istri Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ yang lainnyaIa, Ia berkata:

إِنَّ اللهَ أَنْكَحَنِيْ إِيَّاهُ فَوْقَ سَبْعَ سَمٰوَاتٍ

Artinya: Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku dengan Baginda Rasulullah Muhammad dari atas tujuh lapis langit.

Dan berkenaan dengan Sayidah Zainab pula Allah ﷻ menurunkan ayat-Nya yang berkaitan tentang hijab.

Sayidah Zainab binti Jahsy adalah istri pertama Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ yang menjemput kematian, ia wafat pada tahun 20 Hijriyah pada masanya kekhalifahan Sahabat Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anh usianya mencapai 53 tahun. Sebagai Imama shalat janazah untuk Sayidah Zainab adalah Sahabat Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anh, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.

  1. Sayidah Juwairiyah binti Al-Harits Al-Khuza’ah: Sayidah Juwairiyah binti Al-Harits Al-Khuza’ah adalah tawanan Bani Al-Musthaliq dari Khuza’ah, maka jatuhlah undian Sayidah Juwairiyah untuk Tsabit bin Qais bin Syammas Al-Anshari, kemudian diselamatkan oleh Allah ﷻ, lalu dinikahi oleh Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ usia 20 tahun. Sayidah Juwairiyah wafat di Madinah pada tahun 56 tahun, sebagai Imam shalat janazahnya adalah Marwan bin Al-Hakam, usai 70 tahun, ada yang mengatakan 65 tahun.

Menikah lebih dari 4 istri adalah boleh bagi Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ, karena itu adalah kekhususan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ, sebagaimana kekhususan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ, yaitu aqad nikah tanpa saksi dan wali.

Sebagian kalangan orientalis dan orang-orang kristen menentang dan memprotes atas banyaknya istri Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ, bahkan mereka menuduh Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ oarang yang hiperseks. Maha Suci Allah ﷻ, jika Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ adalah orang yang hiperseks, sesungguhnya Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ menikah lebih dari empat istri bukan karena menuruti nafsu, tetapi karena beberapa hikmah dan tujuan, anatara lain:

  • Agar terjadi antara Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dan para sahabat, serta pemuka-pemuka masyarakat hubungan yang kuat dengan hubungan kekerabatan melalui perkawinan. Sehingga muda menghubungkan semuanyajika terjadi perbedaan dalam beberapa kasus masalah, juga agar tidak adannya didnding penghalang. Hal ini juga dapat mendukung prinsip Beliau yang mulia dan menyebarkan dakwah Islamiyah.
  • Kehidupan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ adalah menjadi pelajaran dan contoh yang baik umat-Nya. Dalam hal Beliau menikah lebih dari empat orang istri terdapat manfaat yang amat besar bagi umat, agar para istri Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dapat menyampaikan kepada kita pelajaran yang ada kaitannya dengan segala kehidupan sehari-hari Beliau, karena mereka lebih tahu hal itu. Menyampaikan riwayat Hadits butuh pada banyaknya istri Beliau untuk membantu menyebarkannya, berapa banyak Hadits yang sampai kepada kita melalui riwayat istri-istri Beliau, sehingga kita mengetahui hukum-hukum yang berhubungan dengan kehidupan di dalam rumah, pergaulan suami istri, mandi karena setelah haid, nifas dan lain sebagainya. Keberadaan istri-istri Beliau sangat membantu terhadap tugas melaksanakan apa yang telah dimuliakan oleh Allah ﷻ berupa menyampaikan risalah, melaksanakan amanah, dan mengajarkan agama kepada segenap kaum muslimin.
  • Mayoritas istri-istri Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ sebelum menjadi istri Beliau adalah beragama Islam, dan telah berpisah dari suami-suami mereka, maka agar mereka tidak terlantar, Beliau menanggungnya, menikahinya untuk menjaga mereka.

Apakah yang demikian ini dapat dikatakan bahwa Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ adalah orang yang hiperseks. Padahal pertama kali Beliau menikahi Sayidah Khadijah radhiyallahu ‘anha sudah berusia senja 40 tahun? Disamping itu Beliau tidak menikah dengan perempuan lain selain Sayidah Khadijah sampai ajal menjemputnya dan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ mencapai usia 50 tahun? Hal yang demikian ini tidak bisa dikatakan bahwa motivasi Beliau menikahi lebih dari empat perempuan adalah karena menuruti hawa nafsu.

Jika dikatakan bahwa Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ menikah dengan lebih dari empat perempuan karena Beliau laki-laki yang nafsunya besar. Maka kapankah Beliau punya waktu senggang untuk bisa bercumbu rayu dengan istri-istrinya? Padahal Beliau selalu berada dalam perjuangan, menyebarkan dakwah, dan melawan musuh. Padahal selain itu semua Beliau harus beribadah siang dan malam. Dengan istri yang sekian banyak jumlahnya ini tidak membuat Beliau jadi repot sehingga meninggalkan ibadah kepada Tuhan-Nya, mengurusi kewajiban-kewajiban tugas kerasulan, semangat mengemban beban dakwah, dan jihad di jalan Allah ﷻ.

Demikian ini agar kita mengetahui bahwa mereka [kalangan orientalis dan orang-orang kristen] telah membohongi kita, tidak hanya dalam aspek ini saja, bahkan mereka mempunyai bermacam-macam strategi yang diselipkan dalam misi mereka dalam rangka melawan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dan umat Islam.

 

PAMAN DAN BIBI BAGINDA RASULULLAH MUHAMMAD

:قَالَ النَّاظِمُ رحِمَهُ اللهُ تَعَالىٰ

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullahu, berkata:
حَمْـــزَةُ عَمُّـــــهٗ وعَـبَّاسٌ كَذَا ٤٤ عَمَّـــــتُـهٗ صَـــفِيَّـةٌ ذَاتُ احْـتِذَا
Hamzah adalah Paman Nabi demikian pula ‘Abbas, Bibi Nabi adalah Shofiyyah yang mengikuti Nabi

 

MUFRADAT [KOSAKATA]

ذَاتُ احْـتِذَاء : yakni perempuan yang patuh kepada Allah Allah ﷻ dan Rasul-Nya, karena Sayidah Shafiyah radhiyallahu ‘anha keislamannya tiada diperselisihkan.

PENJELASAN:

Paman-paman Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ ada 12 orang, yaitu:

  1. Sayidina Hamzah: Ibunya bernama Halah binti Uhaib, Ia adalah paman Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dan saudara satu susuan Beliau, Beliau dan Pamanda disusui oleh Sayidah Tsuaibah, Sayidina Hamzah 4 tahun lebih tua daripada Beliau, ada yang mengatakan 2 tahun lebih tua daripada Beliau. Sayidina Hamzah adalah singa Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ, ikut perang Badar dan perang Uhud, Ia terbunuh di tangan Wahsyi, terbunuh karena perang sebagai Syahid. Ditemukan pada diri Sayidina Hamzah lebih dari 80 luka yang diakibatkan sbetan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah. Dalam sebuah Hadits dikatakan bahwa Sayidina Hamzah adalah pemimpin orang-orang yang mati syahid. Rasulullah ﷺ bersabda:

سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ عِنْد اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ [رواه الحاكم عن جابر والطبراني عن علي – حديث صحيح]

Artinya: Pemimpin para syuhada di hadapan Allah pada hari kiamat adalah Hamzah bin Abdul Muthalib [diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dari Jabir dan Thabrani dari Ali – Hadits Sahih]

2.        Sayidina Abbas: Ibunya bernama Qailah binti Hayyan, Sayidina Abbas adalah paman Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ yang paling muda, lebih tua 2 atau 3 tahun daripada Beliau. Sayidina Abbas ikut perang badar bersama orang-orang musyrik karena dipaksa, kemudian dia ditawan bersama dengan tawanan lainnya, tetapi ia dapat menebus dirinya. Dia masuk Islam pada saat perang Badar dan merahasiakan Islamnya atas perintah Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ.Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ memerintahkannya tinggal di Makkah agar mencatat berita-berita orang quraisy, dia tidak menampakkan Islamnya kecuali pada saat terbukanya kota Makkah. Sayidina Abbas tetap tinggal di Makkah karena memberi minum kepada para jamaah haji, Sayidina Abbas suka membantu kepada orang-orang yang lemah dan menjadi kepercayaan mereka, serta mendapat ridho dari Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ. Sayidina Abbas ikut berlaga di medan perang saat perang Hunain, wafat pada tahun 32 Hijriyah, usianya mencapai 88 tahun, dan sebagai Imam shalat janazahnya adalah Sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anh.

3.        Abu Thalib: Ibunya bernama Fathimah binti Amr bin Abid Ia juga Ibu Sayidina Abdullah Ayah Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ. Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ berada dibawah perlidungannya sejak usia 8 tahun sampai dewasa. Sayidina Abu Thalib sangat mendukung perjuangan keponakannya sekaligus melakukan pembelaan terhadap-Nya dari para penentang yaitu kafir Quraisy.

4.        Abu Lahab: Ibunya bernama Layyin binti Hajir, terkenal dengan nama Abu Lahab karena mukanya yang mencorong, kuniyahnya Abu Utbah, namanya Abdul Uzza, ia kafir dengan nash Al-Qur’an, dan Abu Lahab adalah termasuk para penentang yang paling keras terhadap dakwah islamiyah. Abu Lahab mengidap penyakit “Adasah” [semacam bisul] yang menyebabkan kematiannya, lafadz “الْعَدَسَة” dengan dibaca huruf “د” yang tanpa titik berarti penyakit bisul yang mirip dengan biji Adasah yang muncul beberapa bagian dari tubuh sejenis wabah penyakit tha’un yang mematikan, kebiasaan orang-orang arab menjauhi janazah oarang yang mati karenanya.Telah disebutkan oleh Imam Muhammad bin Jarir Al-Thabari dalam buku tarikhnya: Adasah semacam bisul, orang-orang arab merasa kesialan dengan penyakit ini, bahkan mereka meyakini bahwa penyakit ini penularannya sangat luar biasa. Ketika Abu Lahab terjangkit penyakit ini semua anaknya menjauh sehinga setelah 3 hari kematiannya tidak seorang pun mendekat dan tidak seorang pun yang berusaha menguburkan, namun ketika orang-orang khawatir dengan cacian-cacian karena membiarkan janzahnya, mereka terpaksa menggali lubang kubur yang dekat dengan jasadnya, lalu didorong ke lubang kubur dari kejauhan dengan menggunakan alat yang panjang, kemudian mereka melmparinya dari jarak jauh dengan batu sampai sampai batu-batu itu memenuhi dan menutupi kuburnya.

5.        Al-Harits: Ibunya bernama Tsamrah binti Jundub, ia dalah putra tertua Abdul Mutthalib, dengan Al-Harits Abdul Mutthalib berkunia [nama yang diawali dengan “أَبٌ” atau “أُمٌّ”], Al-Harits belum sempat masuk agama Islam.

6.        Al-Zubair: Ibunya bernama Umu Abdillah, ia tidak sempat masuk agama Islam.

7.        Jahl: “جَحْل” dibaca  fathah huruf “ج” dan di sukun huruf “ح”-nya, Ibunya bernama Umu Hamzah, namanya sendiri Al-Mughirah.

8.        Abdul Kakbah: Ibunya bernama Umu Abdillah, ia tidak masuk agama Islam dan mempunyai keturunan.

9.        Qutsam: “قُثَم” dibaca  dhommah huruf “ق” dan di baca fthah huruf “ث”-nya yang berttitik tiga, Ibunya bernama Umu Al-Harits, ia meninggal masih kecil.

10.    Dhirar: Ibunya bernama Umu Al-Abbas, ia meninggal ketika Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dituruni wahyu, belum sempat masuk agama Islam, ia adalah termasuk pemuda Quraisy yang paling tampan dan paling dermawan.

11.    Ghaidzaq: digelari Ghaidzaq karena sifat sangat dermawannya, ia termasuk orang Quraisy yang paling dermawan dalam hal memberi makanan harta benda, namanya sendiri adalah Mush’ab,

12.    Muqawwam atau Muqawwim: “المُقَوَّم” atau “الْمُقَوِّم” dibaca fathah atau kasrah huruf “و”-nya, Ibunya bernama Umu Hamzah. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa paman Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ, dengan menjadikan Abdul Kakbah dan Muqawwam adalah satu orang yang sama, begitu juga Jahl dan Ghaidzaq adalah satu orang yang sama. Adapun yang saudara kandung dengan Ayahanda Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dari mereka ada tiga orang yaitu Abu Thalib, Al-Zubair, dan Abdul Kakbah. Bibi Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ ada enam, yaitu:

1)       Sayidah Shafiyah: Ia adalah ibunya sahabat Zubair bin Awwam, ibu Sayidah Shafiyah adalah Halah binti Uhaib ibu Sayidina Hamzah, Sayidah Shafiyah wafat di Madinah pada masa ke khalifahan sahabat Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anh tahun 20 Hijriyah, usianya mencapai 73 tahun, dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.Dikatakan: bahwa semua bibi Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ yang menemui masa diutusnya Beliau tidak ada yang masuk agama Islam selain Sayidah Shafiyah, ada yang berpendapat Arwa dan Atikah juga masuk agama Islam.

2)       Arwa

3)       Atikah 4)      

Umu Hakim

5)       Barrah

6)       Umaimah

Tidak ada perselisihan ketidak Islaman 3 urutan terakhir bibi Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ [Umu Hakim, Barrah, dan Umaimah. Lima orang dari urutan terakhir bibi Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ [Arwa, Atikah, Umu Hakim, Barrah, dan Umaimah] adalah saudari perempuan kandung Ayahanda Beliau.  

 

 ISRA’ DAN MI’RAJ

 

:قَالَ النَّاظِمُ رحِمَهُ اللهُ تَعَالىٰ

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullahu, berkata:

وَقَبْـلَ هِجْـــــرَةِ النَّـبِيِّ اْلإِسْرَا ٤٦ مِـنْ مَـــكَّةَ لَيْلاً لِقُدْسٍ يُدْرٰى
Dan sebelum Nabi Hijrah (ke Madinah), terjadi peristiwa Isra’. Dari Makkah pada malam hari menuju Baitul Maqdis yang dapat dilihat
وَبَعْدَ إِسْـرَاءٍ عُرُوْجٌ لِلسَّـــمَا ٤٧ حَتَّى رَأَى النَّـــــبِيُّ رَبًّـا كَــــلَّمَا
Setelah Isra’ lalu Mi’raj (naik) keatas sehingga Nabi melihat Tuhan yang berkata-kata
مِنْ غَيْرِكَيْفٍ وَانْحِصَارٍ وَافْـتَرَضْ ٤٨ عَلَيْهِ خَمْسًا بَعْدَ خَمْسِيْنَ فَرَضْ
Berkata-kata tanpa bentuk dan ruang. Disinilah diwajibkan kepadanya (sholat) 5 waktu yang sebelumnya 50 waktu 

MUFRADAT: [KOSAKATA]

اْلإِسْرَاء            : memperjalankan Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ pada malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha. Diambil dari fi’il madhi “أَسْرٰى” yakni berjalan di malam hari

عُرُوْجٌ لِلسَّـــمَا : naik ke langit dari Masjid Al-Aqsha.

PENJELASAN:

Wajib bagi setiap mukalaf meyakini bahwa Allah ﷻ telah memuliakan Nabi-Nya Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ dengan memperjalankn di malam hari dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha [Bait Al-Maqdis], menaikkan dari Masjid Al-Aqsha ke langit, memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah ﷻ yang besar, dan melimpahkan rahmat Allah ﷻ kepada-Nya di Sidratul Muntaha. Peristiwa tersebut terjadi malam 27 bulan Rajab, 1 tahun sebelum Hijrah menurut pendapat yang masyhur. Firman Allah ﷻ:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ [سورة الاسراء الاية: ۱]

Artinya: Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS. Al-Isra’: 1]

Yang benar: bahwa Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ melihat Tuhan-Nya tanpa cara dan tanpa batas, ini pernyataan Ibnu Abbas, Anas, Hasan, dan Ikrimah. Hal itu dituturkan oleh Al-Baghawi di dalam Tafsirnya. Ada riwayat dari Sayidah Aisyah dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma yang mengingkari hal tersebut, keduanya mengatakan: sesungguhnya yang dilihat oleh Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ adalah Malaikat Jibril dalam bentuknya yang sebenarnya 2 kali, untuk pertama kalinya Beliau melihat Malaikat Jibril di bumi, untuk kedua kalinya Beliau melihatnya di Sidratul Muntaha ternyata Malaikat Jibril memiliki 100 sayap.

Kalangan ulama’ berbeda pendapat. Apakah Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ melakukan Isra’ dengan jasad dan ruh? Atau dengan ruh saja?

Kebanyakan ulama’ salaf maupun khalaf memilih pendapat yang pertama [ruh dan jasad], kelompok yang kedua dari kalangan ahli ilmu mereka adalah Sayidah Aisyah, Muawiyah, Hasan Al-Bashri, dan Ibnu Ishaq memilih pendapat yang kedua [ruh saja]. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhum.

Berkata Ibnu Hajar di dalam Syarah Bukhari: “sesungguhnya Isra’ dan Mi’raj terjadi pada satu malam dalam keadaan terjaga dengan jasad dan ruah Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ”. Pernyataan ini menjadi pilhan mayoritas ulama’, baik dari kalangan ulama’ ahli hadits, ahli fiqih, dan ahli kalam. Telah banyak riwayat hadits sahih yang menjelaskan hal ini. Tidak pantas jika menyimpang dari riwayat-riwayat tersebut. Karena riwayat-riwayat itu tidak bertentangan dengan akal sehat sehingga butuh untuk ditakwilkan.

Pada malam itu Allah ﷻ mewajibkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ shalat lima waktu dalam sehari semalam, hal itu setelah kembalinya Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ lebih dari sekali menuju maqam munajat untuk meminta keringanan 50 kali shalat atas perintah Nabi Musa ‘alaihis salam.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj bukan hanya karena untuk melihat Allah ﷻ seacar langsung dan bermunajat kepada-Nya saja, sebagaimana yang disalah pahami oleh sebagian orang, melainkan untuk memperlihatkan keanehan-keanehan kerajaan Allah ﷻ dan tanda-tanda kekuasaan Allah ﷻ yang besar kepada Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ yang mana itu semua menjadi keistimewaan bagi Beliau. Firman Allah ﷻ:

لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ [سورة الاسراء الاية: ۱]

Artinya: agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS. Al-Isra’: 1]

لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى [سورة النجم الاية: ۱٨]

Artinya: Sungguh, pada saat itu dia, yakni Nabi Muhammad, telah melihat sebagian tanda-tanda keagungan dan kemuliaan Tuhannya yang paling besar. [QS. Al-Najm: 18]

Munajat tidak terikat pada di tempat tertentu, maka tidak ada bedanya bagi Allah ﷻ antara tempat ini dan tempat itu, di tempat mana pun seseorang dapat bermunjat. Adapun munajatnya Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ di Sidratil Muntaha, munajatnya Nabi Musa ‘alaihis salam di gunung Thur Sina’, dan munajatnya Nabi Yunus ‘alaihis salam di dalam perut ikan, semuanya itu bagi Allah ﷻ adalah sama.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah masuk kategori mukjizat, setiap Rasul memilikinya, mukjizat adalah urusan yang bersifat ibadah maka wajib mengimaninya, karena mukjizat diatas kemampuan akal manusia.

PENYAMPAIAN BAGINDA RASULULLAH MUHAMMAD

KEPADA UMATNYA

 

:قَالَ النَّاظِمُ رحِمَهُ اللهُ تَعَالىٰ

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullahu, berkata:
وَبَـلَّـغَ اْلأُمَّـــــــــــــةَ بِاْلإِسْــــرَاءِ ٤٩ وَفَـرْضِ خَــــــمْـسَةٍ بِلاَ امْتِرَاءِ

Dan Nabi telah menyampaikan kepada umat peristiwa Isra’ tersebut. Dan kewajiban shalat 5 waktu tanpa keraguan
قَدْ فَازَ صِـدِّيْقٌ بِتَصْـــــدِيْقٍ لَهٗ ٥٠ وَبِالْعُــرُوْجِ الصِّـدْقُ وَافٰى أَهْلَهٗ

Sungguh beruntung sahabat Abubakar As-Shiddiq dengan membenarkan peristiwa tersebut, juga peristiwa Mi’raj yang sudah sepantasnya kebenaran itu disandang bagi pelaku Isra’ Mi’raj

 

MUFRADAT [KOSAKATA]

بِلاَ امْتِرَاءِ : tanpa ragu-ragu

وَافٰى       : sepantasnya

PENJELASAN:

Tanpa ragu bahwa sesungguhnya Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ telah menyampaikan kepada umat-Nya berita tentang Isra’ dan Mi’raj dan kefardluan shalat lima waktu pada pagi harinya, maka banyak orang yang dulunya iman dan membenarkan Beliau menjadi murtad, begitulah Isra’ menjadi ujian bagi mereka. Firman Allah ﷻ:

 وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِيْٓ اَرَيْنٰكَ اِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ  [سورة الاسراء الاية: ٦٠]

Artinya: Kami tidak menjadikan ru’yā yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia [QS. Al-Isra’: 60]

 

Orang yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah sahabat Abu Bakar Al-Shidiq, karenanya beliau diberi gelar dengan gelar “Al-Sidiq”, sungguh beruntung sekali sahabat Abu Bakar Al-Shidiq karena telah membenarkan peristiwa tersebut dengan senang segerah dan riang gembira segala apa saja yang telah di bawah oleh Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ. Tak pernah terlintas dalam benak beliau keraguan sedikit pun dalam kondisi apa pun.

Imam Baihaqi telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Sayidah Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

 

لَمَّآ أُسْرِيَ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصٰى أَصْبَحَ يُحَدِّثُ النَّاسُ بِذٰلِكَ فَارْتَدَّ نَاسٌ ِممَّنْ كَانَ آمنُوْا بِهٖ وَصَدَقُوْهُ، وَسَعَوْا بِذٰلِكَ ِإلىٰ أَبِيْ بَكْرٍ.

فَقَالُوْا: هَلْ لَكَ إِلَى صَاحِبِكَ؟ يَزْعُمُ أَنَّهٗ أُسْرِيَ بِهٖ اللَّيْلَةَ ِإلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ؟

فَقَالَ: أَوْ قَالَ ذٰلِكَ ؟

قَالُوْا: نعم

قَالَ: لَئِنْ قَالَ ذٰلِكَ لَقَدْ صَدَقَ.

قَالُوْا: فَتُصَدِّقُهٗ أنَّهٗ ذَهَبَ الليلة ِإلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ، وَجَآءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ؟

قَالَ: نَعَمْ، ِإنِّيْ لَأُصَدِّقُهٗ فِيْمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذٰلِكَ، أُصَدِّقُهٗ فِيْ خَبَرِ السَّمَآءِ فِيْ غَدْوَةٍ أَوْ رَوْحَةٍ. فَلِذٰلِكَ سُمِّيَ أَبُوْبَكْرٍ: الصِّدِّيْقَ. [تفسير ابن كثير ۳/٢۱]

 

Artinya: “Ketika Rasulullah Muhammad ﷺ Isra ke Masjidil Aqsha orang-orang pada membicarakannya. Sebagian orang-orang yang dulunya beriman dan membenarkan-Nya menjadi murtad, kemudian mereka mencari kebenaran dan mendatangi Abu Bakar.

Mereka bertanya: “Bagaimana menurutmu tentang temanmu yang menyangka dirinya telah melakukan Isra ke Baital Maqdis?”

Abu Bakar balik bertanya: “Apa benar dia berkata begitu?”

Mereka menjawab: “Iya.”

Abu baerkata: “Kalau dia berkata demikian, dia berkata dengan benar.”

Mereka bertanya: “Kau membenarkannya berjalan malam ke Baitul Maqdis lalu kembali lagi sebelum Subuh?”

Abu Bakar menjawab: “Iya. Aku akan membenarkannya walaupun lebih dari itu. Aku akan membenarkannya kabar-kabar yang datang kepadanya dari langit baik di waktu pagi atau malam.” Lantaran itu beliau kemudian dijuluki sebagai Al-Shiddiq [yang membenarkan]. [Tafsir Ibnu Katsir 3/21]

 

وَاللهُ أَعْلَمُ

۞۞۞۞۞۞۞۞۞

Disarikan dari kitab: Jala’ul Afham syarah Aqidatul Awam

Karya: Prof. DR. As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani

Oleh: Muhammad Mahrus (ketua MWCNU Buduran)