NGAJI ORGANISASI PAC GP ANSOR KECAMATAN BUDURAN

BUDURAN. Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama (GP Ansor) Kecamatan Buduran kembali menggelar kegiatan ngaji organisasi yang dihadiri oleh puluhan anggota pada hari Senin (4/9/2023). Kegiatan yang dilaksanakan di kantor PAC GP Ansor Buduran ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, komitmen, dan loyalitas kader Ansor terhadap organisasinya yang berada dalam naungan Nahdlatul Ulama. Topik utama Ngaji Organisasi GP Ansor Buduran kali ini adalah tentang Kaderisasi Organisasi.

Kegiatan ngaji yang dilaksanakan oleh PAC GP Ansor Buduran ini menjadi semakin istimewa dengan kehadiran Fery Kuswanto, M. Pd.I. selaku Pembina PAC GP Ansor Buduran. Fery Kuswanto, yang juga menjabat sebagai anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Sidoarjo memberikan arahan dan bimbingan kepada para peserta ngaji. Melalui slide berjudul Kaderisasi Organisasi, Fery Kuswanto menyampaikan beberapa hal terkait pengkaderan di internal tubuh Ansor. Dimulai dengan pengertian kaderisasi, pendidikan kader, pelatihan kader, sistem kaderisasi di Ansor, paradigma transformatif dalam kaderisasi Ansor, jenis-jenis kaderisasi, tahap-tahap, dan platform kaderisasi Ansor saat ini.

Di awal penjelasannya, Cak Fery –begitulah beliaunya biasa disapa—menyampaikan bahwa sebagai organisasi kepemudaan yang berinduk pada Nahdlatul Ulama, Ansor merupakan organisasi yang memiliki mekanisme pengkaderan tersendiri. Oleh sebab pengkaderan merupakan proses pembentukan kader secara terencana, terarah, sistemik, terukur, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan melalui tahapan serta metode tertentu guna membentuk seorang kader yang sesuai dengan nilai dan cita-cita organisasi. Di sinilah kaderisasi bagi Ansor menjadi sangat penting. “Kaderisasi di Ansor menjadi sangat urgen karena melalui itulah kita dapat mencetak kader yang sesuai dengan cita-cita Ansor dalam naungan induknya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Cak Fery menyampaikan bahwa kaderisasi tersebut akan sangat maksimal hasilnya jika digerakkan dengan melakukan pendidikan kader yang mapan. Hal itu menjadi linier karena dalam pendidikan kader tersebut terdapat kesadaran, usaha, dan perencanaan yang matang dalam mencapai militansi kader, peningkatan potensinya, ideologisasi, pembentukan nilai akhlakul karimah, peningkatan capacity building dalam hal keorganisasian, responsibilitas kader, daya nalar kritis, dan kapasitas kepemimpinan kader. Berbagai hal ini terwadahi dalam pendidikan kader yang pendidikan kader yang ada di Ansor.

Kegiatan ngaji ini sendiri juga diikuti dengan penuh antusias oleh anggota PAC GP Ansor Buduran. Mereka bersama-sama belajar dan mendiskusikan nilai-nilai organisasi Ansor serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketua PAC GP Ansor Buduran, Mahrus Suyuthi yang biasa disapa Cak Suyut, menyampaikan rasa terima kasih atas partisipasi Fery Kuswanto dalam kegiatan ini. Selain itu, Cak Suyut juga menguatkan paparan Cak Fery bahwa ngaji organisasi malam ini merupakan salah satu bentuk upaya untuk nguri-nguri ideologisasi dan kapasitas keorganisasian sahabat-sahabat Ansor, karena ruh kaderisasi bukan hanya soal diklat semata, tapi juga soal konsistensi menjaga, merawat, dan memperkuat ideologi dan kapasitas diri dalam koridor aturan dan nilai organisasi. “Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Fery Kuswanto yang telah bersedia hadir dan memberikan pencerahan kepada kami terkait keorganisasian, khususnya kaderisasi. Semoga kegiatan ini dapat terus berlangsung dan memberikan manfaat besar bagi anggota GP Ansor di Buduran,” ungkapnya.

Kegiatan ngaji ini diharapkan dapat menjadi wahana penguatan keorganisasian yang berkelanjutan bagi anggota GP Ansor Kecamatan Buduran, sehingga mereka dapat menjadi pemuda yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Perkuat Komitmen dan Loyalitas Kader

Diskusi gayeng terjadi pada kegiatan tersebut. Cak Fery dengan sabar menjawab pertanyaan dan memberikan penjelasan yang mendalam terkait dengan materi yang disampaikan. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momen penting untuk menguatkan komitmen dan loyalitas kader di kalangan anggota Ansor. Cak Fery memberikan pesan inspiratif tentang pentingnya pendidikan dan peningkatan ilmu pengetahuan. “Pendidikan adalah kunci menuju masa depan yang lebih baik. Mari terus semangat dalam mengejar ilmu,” ujarnya.

Salah satu hal penting yang disampaikan Cak Fery dalam kegiatan malam hari itu adalah paradigma transformatif dalam kaderisasi yang ada di organisasi Ansor. Paradigma sendiri bisa dimaknakan dengan dua hal, yaitu perspektif nalar atau juga bisa diartikan dengan kawasan dari obyek kajian. Sedangkan maksud transformatif dalam sistem kaderisasi Ansor adalah paradigma pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, perubahan individual, sekaligus penguatan daya kritis dan perubahan sosial. Artinya, pengkaderan di Ansor merupakan pengkaderan yang berupaya meningkatkan kapasitas personal kader dalam berbagai hal, menreplikasikannya dalam perubahan individual yang lebih baik, dan mentranformasikannya dalam daya kritis pada lingkungan dan perubahan sosial di sekitarnya.

Pada aspek inilah kekuatan pengkaderan menjadi sangat tampak. Karena seorang kader di Ansor tidak hanya diarahkan untuk memiliki kemampuan secara personal dalam berbagai potensi yang dimilikinya, namun juga dibantu untuk dapat mengejawantahkannya dalam kehidupannya secara personal. Bahkan termanifestasikan dalam gerak-gerik kehidupan sosialnya. Paradigma transformatif inilah yang menjadi energi bagi komitmen dan loyalitas seorang kader Ansor bagi organisasi, lingkungan sekitar, dan bangsanya.

Senada dengan itu, Cak Suyut juga menegaskan pentingnya komitmen dan loyalitas kader pada organisasi untuk terus berkontribusi positif bagi masyarakat. “Kami tidak hanya ingin menjadi pemuda yang kuat imannya, tapi juga kader yang memiliki komitmen dan loyalitas yang tinggi serta kepedulian terhadap sesama.” ungkapnya.

Selain itu, Cak Fery juga menyampaikan tentang jenis-jenis kaderisasi di Ansor yang terbagi dalam tiga matra, yaitu formal, informal, dan nonformal. Kaderisasi formal merupakan kaderisasi yang bersifat formal dan sudah memiliki mekanisme baku. Kaderisasi informal merupakan kaderisasi di luar kaderisasi formal yang bisa dalam bentuk pendampingan atau praktek. Sedangkan kaderisasi nonformal adalah kaderisasi yang dilakukan secara langsung melalui penugasan dalam kegiatan dan kepengurusan organisasi, atau dalam kehidupan nyata di tengah masyarakat. Cak Fery juga menjelaskan tentang tahapan pengkaderan. Dimulai dari rekrutmen, pengkaderan, pengembangan, dan promosi atau distribusi.

Harapan Masa Depan

Di akhir kegiatan ngaji organisasi ini, Cak Fery mengungkapkan harapannya untuk masa depan PAC GP Ansor Buduran. Beliau menekankan pentingnya menjaga semangat keagamaan, semangat belajar, dan semangat sosial yang telah dibangun selama ini. Beliau juga mengajak anggota PAC GP Ansor Buduran untuk terus berperan aktif dalam organisasi dan juga dalam pembangunan masyarakat. “Kita adalah agen perubahan di lingkungan kita. Mari bersama-sama membangun budaya positif dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.

Ketua PAC GP Ansor Buduran, Cak Suyut, menutup acara dengan menyampaikan rasa terima kasih kepada semua yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ngaji tersebut. Ia juga mengajak anggotanya untuk berkomitmen terus menggelar kegiatan-kegiatan positif yang dapat memperkuat soliditas dan semangat berjuang anggota PAC GP Ansor Buduran. Kegiatan ngaji ini menjadi tempat untuk memperkuat persaudaraan dan semangat organisasi. Dengan kekompakan dan semangat yang telah ditunjukkan, PAC GP Ansor Buduransiap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah, berkontribusi maksimal bagi agama, masyarakat, dan bangsa.(Cak Sholeh)